Dedemenegaskan HMI MPO Badko Jawa Bagian Barat tidak terlibat dan bertanggung jawab atas pernyataan Affandi Ismail yang mengatasnamakan HMI MPO. Pernyataan itu dinilai hanya kepentingan pribadi dan bukan organisasi secara keseluruhan.Ia mengaku telah berusaha menghubungi Affandi untuk mengklarifikasi pernyataan tersebut, TOKOH BESAR HMI - Prof. Dr. Hary Azhar Azis selaku Ketua Umum PB HMI Periode 1983-1986 dan Dr. Eggy Sudjana, SH. Selaku Ketua Umum PB HMI MPO Pertama Periode 1986-1988. Sultan/ Kendari, – Sarasehan Keumatan dan kebangsaan Kongres Ke XXXII Himpunan Mahasiswa Islam HMI MPO, dipastikan akan menjadi sejarah penyatuan HMI yang selama ini terbelah dua, ditengah peserta Kongres HMI MPO, Kedua Tokoh HMI tersebut adalah Prof. Dr. Hary Azhar Azis selaku Ketua Umum PB HMI Periode 1983-1986 dan Dr. Eggy Sudjana, SH. Selaku Ketua Umum PB HMI MPO Pertama Periode 1986-1988, menyampaikan keinginan mereka agar HMI bersatu kembali. Moment tersebut langsung disaksikan oleh Ketua Umum PB HMI MPO, Zuhad Adji dan Pejabatan Ketua Umum PB HMI Arya Kharisma Hardy. Selain itu juga turut disaksikan Arief Rosyid Hasan Ketum PB HMI Periode 2013-2015, Muzakkir Djabir Ketum PB HMI MPO 2005-2007, Chozin Amirullah Ketum PB HMI MPO 2009-2011, dan Kanda Awalil Rizky Panitia Kongres HMI MPO pertama di Yogya, Puji Hartoyo Ketum PB HMI MPO Periode 2013-2015 dan Erwin Singajuru. Pada kesempatan tersebut Eggy Sudjana, menyampaikan bahwa sudah saatnya HMI bersatu, jika di zamannya bersama, Hary Azhar Azus, HMI terbelah menjadi 2 dua, yakni HMI MPO dan HMI DIPO, maka dizaman Zuhad adji dan Arya Kharisma Hardy, saatnyalah HMI menjadi satu. “Jika zaman kami HMI terpecah, maka dizaman kalian berdualah HMI kembali bersatu”, katanya, sontak tepuk tangan peserta kongrespun ikut menggema. Hal senada juga disampaikan, Hary Azhar Azis, dihadapan ribuan kader HMI MPO di dalam forum kongres, menurutnya secara identitas tidak ada lagi yang membedakan antar HMI MPO dan HMI, sebab kedua-duanya berazaskan Islam. Jika bisa bersatu, mengapa harus dua. Ia pun menegaskan bahwa ditataran Senior HMI tidak ada lagi HMI MPO dan HMI, sehingga secara tidak langsung itu merupakan Isyarat keinginan HMI harus bersatu. “Secara identitas tidak ada lagi yang membedakan antar HMI MPO dan HMI sebab kedua-duanya berazaskan Islam, Jika bisa bersatu, mengapa harus dua. Meski dulu sempat bersitegang, namun Saya dan Kang Eggy saat ini kembali mesra, terus masa kalian masih terpecah dua. Sudah saatnyalah HMI bersatu kembali,” Ucapnya. Perlu diketahui Sejarah terbelahnya HMI disebabkan UU Nomor 3/1985 yang disahkan pada 19 Februari 1985 mengharuskan Pancasila menjadi asas tunggal dalam setiap organisasi. “Dalam rangka ini dan demi kelestarian dan pengamalan Pancasila, kekuatan-kekuatan sosial politik khususnya Partai Politik dan Golongan Karya harus benar-benar menjadi kekuatan sosial politik yang hanya berasaskan Pancasila sebagai satu-satunya asas. Pancasila yang dimaksud dalam Undang-undang ini ialah yang rumusannya tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.” Demikian bunyi penjelasan UU Nomor 3/1985 yang menggantikan UU Nomor 3/1975 tersebut. Pada saat itu HMI terbelah menjadi dua pasca diselenggarakannya Kongres ke-15 HMI di Medan pada tahun 1983. Pada tahun 1986, HMI yang menerima azas tunggal Pancasila dengan pertimbangan-pertimbangan memilih beralih azas dari Islam ke pancasila, selanjutnya HMI pihak ini disebut sebagai HMI DIPO, dikarenakan bersekretariat di Jalan Pangeran Diponegoro Jakarta Dengan Ketua Umum PB HMI Saat itu adalah Hary Azhar Azis. Sedangkan HMI yang tetap mempertahankan azas Islam kemudian dikenal dengan istilah HMI MPO Majelis Penyelamat Organisasi dengan ketua Umum PB HMI Aggy Sudjana. Karena alasan untuk menyelamatkan HMI dari ancaman pembubaran oleh rezim Orde Baru, maka melalui Kongres Padang disepakatilah penerimaan asas tunggal Pancasila. Namun pada Kongres Jambi 1999, HMI DIPO kembali ke kepada asas Islam. Hingga saat ini upaya untuk menyatukan HMI kembali sedia kala terus dilakukan dan pertemuan ini akan menjadi pondasi awal bersatu kembali. Tim KetumPB HMI Tuding Isu Perzinahan Komoditas Politik Rabu, 01 Februari 2012 , 14:42:00 WIB RMOL. Fitnah perzinahan yang dialamat kepada Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam Noer Fadjriansyah tidak lepas dari dinamika yang terjadi di internal organisasi mahasiswa tersebut. Fadjri menilai, fitnah terhadap dirinya berangkat dari dinamika yang
Daftar isi1 Apa itu HMI Dipo dan MPO?2 Apa kepanjangan dari Dipo?3 Kenapa HMI ada 2?4 Apa kepanjangan dari HMI dan Ampera?5 HMI bergerak di bidang apa?6 Apakah yang dimaksud HMI dalam sistem berbasis PLC jelaskan fungsi HMI tersebut? Kubu yang tetap mempertahankan azas Islam dalam HMI kemudian menamakan diri dengan Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi disingkat HMI-MPO. Sedangkan kubu yang mengikuti perintah Presiden Soeharto sering disebut HMI-DIPO, dikarenakan Sekretariat Pengurus Besarnya yang berada di Jalan Diponegoro. Apa kepanjangan dari HMI MPO? Jakarta – Dua kubu di Himpunan Mahasiswa Indonesia HMI, HMI Diponegoro dan HMI Majelis Penyelamat Organisasi MPO, telah sepakat untuk mengadakan islah. Tapi mereka tetap sebagai organisasi terpisah. Apa kepanjangan dari Dipo? Depo lokomotif ejaan lama “dipo” adalah tempat menyimpan, menyiapkan, melakukan pemeriksaan, memelihara, dan perbaikan ringan agar lokomotif siap untuk melakukan tugasnya menarik rangkaian kereta api. Apa aliran HMI? HMI merupakan organisasi mahasiswa Islam tertua dan terbesar di Indonesia. Sebagai organisasi mahasiswa Islam yang tak condong pada satu aliran mazhab tertentu, anggota-anggota HMI bisa saja beraliran Sunni, Syiah, dan aliran lainnya. Kenapa HMI ada 2? Dalam Perkembangannya Himpunan Mahasiswa Islam kemudian terpecah menjadi dua karena upaya Orde Baru dalam meletakkan asas tunggal pancasila, yang merapat pada kekuasaan Orde Baru disebut HMI Dipo dan yang tetap sesuai asas Islam adalah HMI MPO, tetapi keduanya tetap menyebut sebagai HMI dalam dokumen organisasi. Apa tujuan HMI MPO? Secara teoritis tujuan dari HMI MPO ini adalah menciptakan masyarakat yang Islam, karena dasar dari organisasi ini adalah Islam. Menjunjung tinggi ajaran dan nilai-nilai Islam. Agenda atau program kerja yang ditetapkan oleh ketua selalu menjadi aturan tetap dari setiap anggota. Apa kepanjangan dari HMI dan Ampera? Mahasiswa Islam HMI Cabang Nunukan, Kalimantan Utara menduga ada oknum mahasiswa, AS telah memanfaatkan nama Aliansi Mahasiswa Pembela Rakyat Ampera Kabupaten Nunukan untuk memeras pengusaha asal dari Sebatik ratusan juta. Apa tujuan dari HMI? Sebagaimana yang terdapat pada pasal 4 Anggaran Dasar HMI yang menyatakan bahwa tujuan HMI adalah “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertangung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”.14 Dari tujuan tersebut dapat dirumuskan menjadi lima kualitas … HMI bergerak di bidang apa? Organisasi Kemahasiswaan, Perkaderan dan Perjuangan. Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah subhanahu wata’ala. Apa fungsi dari PLC? Programmable Logic Controllers PLC dirancang untuk menggantikan suatu rangkaian relay sequensial dalam suatu sistem kontrol. Selain dapat diprogram, alat ini juga dapat dikendalikan, dan dioperasikan oleh pengguna yang tidak memiliki pengetahuan di bidang pengoperasian komputer secara khusus. Apakah yang dimaksud HMI dalam sistem berbasis PLC jelaskan fungsi HMI tersebut? HMI Human Machine Interface adalah sebuah sistem yang dapat mempertemukan manusia dengan teknologi mesin. HMI berupa pengendali dan menunjukkan status, baik dilakukan secara manual ataupun disajikan dengan visualisasi komputer yang bersifat real time. Kenapa HMI berasaskan Islam? HMI sebagai organisasi berasaskan Islam maksudnya adalah organisasi yang menghimpun mahasiswa yang beragama Islam, dimana secara individu dan organisatoris memiliki ciri-ciri keislaman, menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber norma, sumber nilai, sumber inspirasi, dan sumber aspirasi dalam setiap aktivitas …
Teruntuk Zulfikar, S. Pd Dari Mantan Kadermu Sejarah telah menuliskan dengan tinta emasnya bahwa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah sedikit banyak memberikan sumbangsih bagi perjalanan panjang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Khususnya sejak 1947 sampai 2020 ini. Organisasi yang katanya tertua di kalangan Mahasiswa Islam ini Banyak di antara kita yang sering mendengar istilah HMI, DIPO, dan MPO. Mungkin, bagi sebagian orang, ketiga organisasi ini terdengar sama saja. Padahal bisa kita bedakan, lho! HMI, DIPO, dan MPO merupakan organisasi yang didirikan oleh mahasiswa-mahasiswi untuk memperjuangkan kepentingan mahasiswa di Indonesia. Namun, sebenarnya apa sih perbedaan antara ketiga organisasi ini?Untuk kamu yang masih bingung, jangan khawatir! Pada kesempatan ini, kita akan membahas perbedaan HMI, DIPO, dan MPO secara singkat dan jelas. HMI atau Himpunan Mahasiswa Islam, DIPO atau Dewan Perwakilan Mahasiswa Diponegoro, dan MPO atau Mahasiswa Pecinta Olahraga adalah tiga organisasi yang berbeda dalam hal struktur organisasi, tujuan, dan cara bergeraknya. Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk mengetahui perbedaan antara ketiga organisasi dengan mengetahui perbedaan antara HMI, DIPO, dan MPO, kamu bisa memilih bergabung dengan organisasi mana yang sesuai dengan minat dan nilai-nilai serta keinginanmu. Selain itu, kamu juga bisa mengetahui peran dan fungsi dari setiap organisasi ini. Nah, semoga artikel ini bisa membantu kamu untuk mengenal lebih jauh tentang HMI, DIPO, dan MPO. Yuk, kita simak penjelasannya lebih lanjut!Pengertian HMI, DIPO, dan MPOHMI, DIPO, dan MPO adalah tiga organisasi yang berbeda namun memiliki peran penting di dalam pengembangan sumber daya manusia Indonesia. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai pengertian dan perbedaan antara HMI, DIPO, dan adalah singkatan dari Himpunan Mahasiswa Islam. Organisasi ini didirikan pada tahun 1947 dan bertujuan untuk memperjuangkan keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. HMI juga berperan aktif dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan mengembangkan potensi para mahasiswa sebagai calon pemimpin masa adalah istilah yang mengacu pada Direktorat Pembinaan dan Pengembangan Organisasi Kepemudaan. Organisasi ini dibentuk oleh pemerintah Indonesia dan bertugas untuk mengembangkan potensi dan kreativitas para pemuda di seluruh wilayah Indonesia. DIPO juga berperan dalam memfasilitasi berbagai kegiatan dan pelatihan yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah singkatan dari Mahasiswa Pecinta Alam Outdoors. Organisasi ini fokus pada kegiatan yang berhubungan dengan alam terbuka seperti hiking, camping, dan olahraga ekstrim lainnya. Selain mengajarkan keterampilan bertahan hidup di alam bebas, MPO juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam kesimpulannya, HMI berfokus pada pengembangan potensi para mahasiswa sebagai calon pemimpin, DIPO bertugas dalam mengembangkan sumber daya manusia Indonesia, dan MPO berperan dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam yang signifikan antara ketiga organisasi ini tentunya berasal dari fokus dan tujuan utama mereka. Namun, masing-masing organisasi memiliki peran penting dalam pengembangan sumber daya manusia dan pembangunan Indonesia secara UtamaTujuanHMIPengembangan potensi mahasiswaPerjuangan keadilan dan kesejahteraan, meningkatkan kualitas pendidikanDIPOPengembangan sumber daya manusiaMeningkatkan kreativitas dan potensi para pemudaMPOKegiatan di alam terbukaMeningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kelestarian alam IndonesiaDalam rangka mencapai tujuan-tujuan tersebut, masing-masing organisasi juga melakukan berbagai kegiatan dan proyek di bidang masing-masing. Misalnya, HMI sering mengadakan seminar dan pelatihan kepemimpinan, sementara DIPO berfokus pada pengembangan kreativitas dan Enterpreneurship. MPO juga sering mengadakan kegiatan seperti hiking dan camping, serta memobilisasi aksi-aksi sosial yang berhubungan dengan kelestarian Berdirinya HMI, DIPO, dan MPOSejarah berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam HMI, Diniyah Putri DIPO, dan Mahasiswa Pemuda Islam MPO bermula pada zaman penjajahan. Pada saat itu, organisasi-organisasi mahasiswa mulai bermunculan sebagai wadah bagi para mahasiswa untuk menyuarakan aspirasi mereka dalam menghadapi kebijakan Mahasiswa Islam HMI Didirikan pada tanggal 5 Februari 1947, HMI berdiri sebagai wadah bagi mahasiswa Islam untuk menyuarakan aspirasi mereka dalam menyongsong kemerdekaan Indonesia. HMI juga menjadi salah satu organisasi mahasiswa yang aktif dalam memperjuangkan hak-hak kaum Muslim di Indonesia dan di seluruh dunia. Saat ini, HMI telah memiliki lebih dari 200 cabang di seluruh Putri DIPO Didirikan sebagai organisasi mahasiswa perempuan Islam pertama di Indonesia pada 17 Agustus 1954, DIPO bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan perempuan Indonesia, terutama dalam bidang agama. DIPO juga menyuarakan hak-hak perempuan Indonesia dan aktif dalam memperjuangkan kesetaraan gender. Saat ini, DIPO memiliki lebih dari 50 cabang di seluruh Pemuda Islam MPO Didirikan pada tanggal 25 Mei 1961, MPO berdiri sebagai wadah bagi mahasiswa Islam untuk menyuarakan aspirasi mereka dalam upaya membangun Indonesia yang lebih baik. MPO juga aktif dalam memperjuangkan hak-hak mahasiswa dan kaum Muslim di Indonesia. Saat ini, MPO telah memiliki lebih dari 100 cabang di seluruh berjalannya waktu, HMI, DIPO, dan MPO terus bertransformasi mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan mahasiswa Indonesia. Namun, nilai-nilai Islam dan semangat perjuangan mereka masih tetap terjaga hingga saat yang Mendorong Berdirinya HMI, DIPO, dan MPOBeberapa faktor yang mendorong berdirinya organisasi-organisasi mahasiswa seperti HMI, DIPO, dan MPO antara lainAdanya kebijakan penjajah yang merugikan rakyat Indonesia, termasuk mahasiswaAdanya ketidaksetaraan hak antara mahasiswa Islam dan non-IslamKebutuhan akan wadah bagi mahasiswa untuk memperjuangkan hak-hak merekaKebutuhan akan wadah bagi mahasiswa untuk memperdalam pemahaman agama IslamSecara keseluruhan, berdirinya HMI, DIPO, dan MPO menjadi bukti bahwa mahasiswa Indonesia memiliki semangat perjuangan yang tinggi dalam memperjuangkan hak-hak mereka, baik sebagai mahasiswa maupun sebagai warga negara utama antara HMI, DIPO, dan MPO terletak pada fokus dan tujuan organisasi masing-masing. HMI dan DIPO lebih fokus pada pengembangan isu keagamaan dan perjuangan hak-hak perempuan, sedangkan MPO lebih fokus pada perjuangan hak-hak mahasiswa dan kaum Muslim di UtamaTujuan UtamaJumlah CabangHMIPengembangan isu keagamaan dan perjuangan hak-hak MuslimMeningkatkan kualitas kehidupan kaum Muslim di Indonesia dan di seluruh duniaLebih dari 200 cabangDIPOPengembangan isu keagamaan dan perjuangan hak-hak perempuanMeningkatkan kualitas pendidikan perempuan Indonesia dan memperjuangkan kesetaraan genderLebih dari 50 cabangMPOPerjuangan hak-hak mahasiswa dan kaum Muslim di IndonesiaMembangun Indonesia yang lebih baikLebih dari 100 cabangMeskipun memiliki perbedaan fokus dan tujuan, HMI, DIPO, dan MPO tetap saling mendukung dalam upaya memperjuangkan hak-hak mahasiswa dan kaum Muslim di Indonesia. Mereka semua berjuang untuk Indonesia yang lebih baik dan adil untuk semua warga dan Misi dari HMI, DIPO, dan MPOHimpunan Mahasiswa Islam HMI, Dewan Impian Mahasiswa Progresif DIPO, dan Majelis Permusyawaratan Otonom MPO merupakan organisasi mahasiswa yang memiliki perbedaan dalam visi dan misi yang diusungnya. Berikut adalah penjelasan detail mengenai perbedaan visi dan misi dari ketiga organisasi Mahasiswa Islam HMI HMI memiliki visi menjadi organisasi mahasiswa Islam terdepan dalam menciptakan peradaban berbasis akhlakul karimah. Sedangkan misinya adalah membentuk kader intelektual yang menjadi contoh dalam menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan mengaktualisasikannya dalam peradaban dunia yang Impian Mahasiswa Progresif DIPO Visi dari DIPO adalah menciptakan mahasiswa progresif yang diharapkan dapat menciptakan perubahan yang lebih baik. Misi DIPO sendiri adalah membentuk mahasiswa yang kritis dan mampu berkontribusi secara aktif dalam perubahan sosial melalui cara yang progresif dan Permusyawaratan Otonom MPO MPO memiliki visi memperjuangkan kesejahteraan mahasiswa dan masyarakat dalam bingkai persatuan Indonesia. Sedangkan misinya adalah memberikan jalan keluar atas berbagai masalah yang dihadapi mahasiswa dan masyarakat, serta menempatkan diri sebagai penggerak perubahan yang memiliki peran strategis dalam mewujudkan tuntutan ketiga organisasi tersebut memiliki visi dan misi yang berbeda, namun semua memiliki tujuan untuk menciptakan perubahan yang lebih baik bagi mahasiswa dan menjadi anggota dari ketiga organisasi tersebut, mahasiswa harus memenuhi persyaratan yang berbeda-beda. Namun, keanggotaan di kelompok-kelompok tersebut dapat membuka wawasan dan keterampilan yang bermanfaat di masa depan, serta memberikan kesempatan untuk membawa perubahan baik bagi tabel berikut untuk melihat pembandingan visi dan misi ketiga organisasi mahasiswa tersebutOrganisasiVisiMisiHMIMenjadi organisasi mahasiswa Islam terdepan dalam menciptakan peradaban berbasis akhlakul karimahMembentuk kader intelektual yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan mengaktualisasikannya dalam peradaban dunia yang menduniaDIPOMenciptakan mahasiswa progresif yang diharapkan dapat menciptakan perubahan yang lebih baikMembentuk mahasiswa yang kritis dan mampu berkontribusi secara aktif dalam perubahan sosial melalui cara yang progresif dan berkeadilanMPOMemperjuangkan kesejahteraan mahasiswa dan masyarakat dalam bingkai persatuan IndonesiaMemberikan jalan keluar atas berbagai masalah yang dihadapi mahasiswa dan masyarakat serta menempatkan diri sebagai penggerak perubahan yang memiliki peran strategis dalam mewujudkan tuntutan merekaMelalui tabel tersebut, dapat lebih jelas lagi perbedaan dari visi dan misi antara HMI, DIPO, dan HMI, DIPO, dan MPO dalam kehidupan berorganisasiPeran yang dimainkan oleh Himpunan Mahasiswa Islam HMI, Dewan Perwakilan Daerah Dipo, dan Majelis Pertimbangan Organisasi MPO sangat penting dalam kehidupan berorganisasi. Dalam artikel ini, kami akan membahas perbedaan antara HMI, DIPO, dan MPO serta memandang peran masing-masing organisasi di kehidupan Himpunan Mahasiswa Islam adalah sebuah organisasi mahasiswa Islam terbesar dan tertua di Indonesia. Dalam kehidupan berorganisasi, peran HMI adalah sebagai wadah bagi mahasiswa Islam untuk mengembangkan bakat dan kemampuan di bidang sosial, budaya, dan keagamaan. HMI juga berperan sebagai penghubung antara mahasiswa Islam dengan masyarakat umum, organisasi kemasyarakatan, dan pemerintah Dewan Perwakilan Daerah adalah lembaga legislatif HMI yang mewakili mahasiswa Islam pada tingkat daerah. Peran DIPO adalah untuk membantu menciptakan program-program yang menguntungkan mahasiswa Islam dan juga menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh mahasiswa di Majelis Pertimbangan Organisasi adalah lembaga tertinggi dalam struktur organisasi HMI. MPO bertanggung jawab untuk membuat keputusan yang penting dalam kehidupan HMI dan memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh organisasi tersebut sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai HMI. MPO juga berperan sebagai pengawas dan penasehat bagi seluruh pengurus kehidupan berorganisasi, HMI, DIPO, dan MPO sangat berperan penting dalam memberikan arah, bimbingan, dan dukungan kepada mahasiswa. Terlebih dalam era digital saat ini, HMI, DIPO, dan MPO membuat kehidupan berorganisasi semakin mudah. Mahasiswa dapat menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang akan diadakan oleh kesimpulannya, HMI, DIPO, dan MPO memiliki peran dan posisi yang berbeda dalam kehidupan berorganisasi. Dengan memiliki organisasi yang solid, mahasiswa dapat berkontribusi dalam meningkatkan tatanan sosial dan budaya di bagi mahasiswa Islam untuk mengembangkan bakat dan kemampuan di bidang sosial, budaya, dan keagamaanMewakili mahasiswa Islam di tingkat daerah dan membantu menyelesaikan masalah-masalahMembuat keputusan penting dan memastikan bahwa kegiatan HMI sesuai dengan nilai-nilai organisasiBerperan sebagai penghubung antara mahasiswa Islam, masyarakat umum, organisasi kemasyarakatan dan pemerintah daerahBerperan sebagai pengawas dan penasehat bagi seluruh pengurus HMIDalam kehidupan berorganisasi, HMI, DIPO, dan MPO sangat berperan penting dalam memberikan arah, bimbingan, dan dukungan kepada mahasiswa. Terlebih dalam era digital saat ini, HMI, DIPO, dan MPO membuat kehidupan berorganisasi semakin mudah. Mahasiswa dapat menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang akan diadakan oleh ajaran dan pandangan antara HMI, DIPO, dan MPOHM, DIPO, dan MPO adalah tiga organisasi politik mahasiswa yang cukup populer di Indonesia. Namun, meskipun ketiganya memiliki tujuan yang sama yaitu mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial, tetapi ada perbedaan dalam ajaran dan pandangan politik yang diusung oleh ketiga organisasi HMI atau Himpunan Mahasiswa Islam adalah organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia. HMI mendukung penerapan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan DIPO atau Dewan Indonesia Persatuan adalah sebuah organisasi mahasiswa yang menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan Indonesia. DIPO berusaha untuk menciptakan suasana yang harmonis antar suku, agama, dan ras di MPO atau Mahasiswa Pancasila Organisasi adalah sebuah organisasi mahasiswa yang menganut paham pancasila. MPO menekankan pentingnya kegiatan pembangunan sosial-ekonomi yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD demikian, ketiga organisasi ini memiliki misi untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Mereka berjuang untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan sosial dalam segala aspek ajaran dan pandangan antara HMI, DIPO, dan MPO dapat dijelaskan dengan lebih rinci melalui tabel berikutKriteriaHMIDIPOMPOAgamaIslamBeragamPancasilaPersatuanBukan fokus utamaMenekankan pentingnya persatuanBukan fokus utamaPancasilaKurang menekankan PancasilaTidak menganut paham PancasilaSangat mendukung paham PancasilaKeamananTidak menganut kekerasanTidak menganut kekerasanTidak menganut kekerasan kecuali dalam situasi tertentuDari tabel di atas, dapat dilihat bahwa HMI lebih menekankan pada ajaran Islam, sedangkan DIPO dan MPO lebih menekankan pada persatuan dan kesatuan serta menganut paham Pancasila. Meskipun demikian, ketiga organisasi tersebut memiliki pandangan politik yang berbeda-beda namun tetap bertujuan untuk mendorong masyarakat Indonesia untuk hidup lebih adil dan HMI DIPO dan MPOHimpunan Mahasiswa HMI adalah organisasi mahasiswa yang berdiri sejak tahun 1947. Saat ini, terdapat dua jenis HMI, yaitu HMI Dewan Pimpinan Pusat DPP atau lebih dikenal sebagai HMI Dipo dan HMI Majelis Pimpinan Nasional MPN atau HMI Struktur organisasi HMI Dipo terdiri dari DPP dan Dewan Pimpinan Daerah DPD. Sementara, HMI MPO terdiri dari MPN, Dewan Pimpinan Wilayah DPW, dan Dewan Pimpinan Cabang DPC.Wilayah Pimpinan HMI Dipo memiliki wilayah pimpinan yang terbatas di Indonesia, sementara HMI MPO memiliki wilayah pimpinan yang mencakup lebih dari 25 HMI Dipo lebih berfokus pada pergerakan pemuda di Indonesia, sedangkan HMI MPO lebih berfokus pada tantangan global sebagai organisasi kemahasiswaan ada perbedaan struktur dan fokus, tujuan akhir dari kedua organisasi ini sama, yaitu memajukan dan memperjuangkan hak-hak mahasiswa serta masyarakat Indonesia secara HMI DIPO dan MPOHMI Dipo dan MPO sama-sama berperan sebagai penggerak perubahan dalam masyarakat. Berikut adalah beberapa peran yang diambil oleh kedua organisasi iniMendorong terciptanya kesadaran demokrasi di untuk hak-hak mahasiswa dan terbentuknya kepemimpinan yang baik dan pelatihan dan pengembangan diri untuk ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya di Indonesia serta HMI Dipo dan MPO dalam KegiatanBerikut adalah beberapa perbedaan dalam hal kegiatan kedua organisasi iniHMI Dipo lebih fokus pada kegiatan yang terkait dengan pemuda dan mahasiswa di Indonesia, seperti pelatihan kepemimpinan, seminar, dan diskusi publik. Sementara itu, HMI MPO lebih fokus pada kegiatan seluruh masyarakat internasional, seperti diplomasi mahasiswa dan kegiatan sosial Dipo lebih banyak mengadakan kegiatan di dalam negeri, sementara HMI MPO lebih banyak mengadakan kegiatan di luar DIPOHMI MPOPusat terletak di Jakarta, IndonesiaPusat terletak di Kuala Lumpur, MalaysiaMemiliki sekitar 720 ribu anggotaMemiliki sekitar 275 ribu anggotaBergabung dengan Konfederasi Mahasiswa Indonesia KOMBIBergabung dengan International Union of Students IUSSecara keseluruhan, meskipun terdapat perbedaan dalam struktur, wilayah pimpinan, fokus, dan kegiatan, HMI Dipo dan MPO tetap bertujuan untuk memajukan kualitas hidup masyarakat Indonesia serta dunia. Keduanya masih aktif dan menjadi salah satu organisasi kemahasiswaan terbesar dan paling berpengaruh di Keanggotaan di HMI, DIPO, dan MPOHimpunan Mahasiswa Islam HMI adalah organisasi kemahasiswaan Islam tertua di Indonesia. Berdiri pada tahun 1947, HMI merupakan organisasi yang memiliki banyak anggota dan terbagi dalam beberapa jenis keanggotaan yang berbeda. Dua jenis keanggotaan HMI yang mungkin paling dikenal adalah DIPO dan MPO. Namun, sebelum membahas lebih lanjut tentang DIPO dan MPO, mari kita bahas terlebih dahulu jenis-jenis keanggotaan di HMI. Berikut adalah jenis-jenis keanggotaannyaAnggota BiasaAnggota Luar BiasaAnggota KehormatanAnggota AlumniAnggota AspiranAnggota PendukungKaderisasiKeanggotaan di HMI tidak hanya terbatas pada mahasiswa saja, tetapi juga terbuka untuk siapa saja yang tertarik dengan gerakan Islam yang progresif dan moderat. Jenis-jenis anggota di atas mencakup berbagai macam latar belakang dan usia, dari mahasiswa hingga bergabung dengan HMI, anggota biasa biasanya akan mengikuti beberapa tahap kaderisasi sebelum dapat benar-benar menjadi anggota HMI yang resmi. Tahap-tahap ini dirancang untuk membantu anggota mempelajari nilai-nilai dan prinsip dasar HMI, serta mempersiapkan mereka untuk berpartisipasi aktif dalam dengan perkembangan zaman, HMI juga menciptakan jenis-jenis keanggotaan tambahan seperti anggota aspiran dan anggota pendukung. Keduanya bertujuan untuk memperkuat komunitas HMI dan memberikan kesempatan kepada non-mahasiswa untuk terlibat dalam gerakan yang dipelopori oleh anggota biasa, anggota DIPO dan MPO juga merupakan jenis keanggotaan yang cukup terkenal di HMI. Anggota DIPO merupakan anggota HMI yang bertugas di lingkup daerah, sedangkan anggota MPO tergabung dalam lingkup adalah penjelasan lebih lanjut tentang DIPO dan MPO beserta perbedaan di antara keduanyaDIPOMPOTerdiri dari beberapa struktural organisasi HMI di daerahTerdiri dari struktural organisasi HMI di tingkat pusatMemiliki kebebasan dalam mengambil keputusan di level daerahKeputusan diambil oleh pengurus pusatTugasnya adalah mengembangkan HMI di level daerahTugasnya adalah mengarahkan dan mengkoordinasikan HMI di seluruh IndonesiaDari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan utama antara DIPO dan MPO adalah pada level organisasi yang menjadi tanggung jawab mereka. Meskipun demikian, keduanya memiliki peran yang sama pentingnya dalam memajukan gerakan HMI di seleksi keanggotaan di HMI, DIPO, dan MPOKeanggotaan di organisasi-organisasi seperti HMI Himpunan Mahasiswa Islam, DIPO Dewan Indonesia Pembela Kedaulatan, dan MPO Mahasiswa Pembebasan Orde tidaklah sembarang orang bisa menjadi anggota. Terdapat proses seleksi ketat yang harus diikuti oleh para calon anggota sebelum mereka diterima sebagai bagian dari organisasi Calon anggota harus mengikuti proses pendaftaran terlebih dahulu. Biasanya, pendaftaran dilakukan melalui formulir online atau offline. Calon anggota juga harus membayar sejumlah biaya pendaftaran dan tidak dapat mengundurkan diri setelah Administrasi Setelah mendaftar, calon anggota akan menjalani tahap penyaringan administrasi, di mana data-data pribadi dan riwayat pendidikan mereka akan diperiksa. Calon anggota juga akan diminta untuk menyertakan dokumen seperti surat keterangan catatan Fisik Setelah melewati tahap administrasi, calon anggota akan menjalani tahap saringan fisik, yang biasanya meliputi tes fisik dan wawancara tatap lebih jelasnya, berikut tabel perbedaan proses seleksi keanggotaan di antara ketiga organisasi tersebutOrganisasiTahap SeleksiKeteranganHMIPendaftaranSaringan AdministrasiSaringan FisikProses seleksi berlangsung sekitar 1-2 bulanDIPOPendaftaranSaringan AdministrasiSaringan FisikPada tahap akhir, calon anggota harus mengikuti pelatihan militer selama 3 bulanMPOPendaftaranSaringan AdministrasiCalon anggota yang lolos tahap administrasi akan langsung diikutkan dalam kegiatan organisasi dan diuji secara tidak terduga saat kegiatan berlangsungDari tabel tersebut, terlihat bahwa DIPO menerapkan proses seleksi yang paling ketat di antara ketiga organisasi tersebut. Namun, hal ini sebanding dengan tujuan dari DIPO yang merupakan organisasi bela yang dilakukan oleh HMI, DIPO, dan MPOHimpunan Mahasiswa Islam HMI, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia DDII Persyarikatan Muhammadiyah DIPO, dan Majelis Pendidikan dan Pemuda Indonesia MPO merupakan tiga organisasi besar di Indonesia dengan berbagai kegiatan yang berbeda-beda. Berikut ini adalah beberapa kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing organisasiHMI Himpunan Mahasiswa IslamMengadakan kegiatan keagamaan seperti pengajian dan kader-kader yang berdedikasi tinggi dan memiliki semangat keberagamaan kegiatan sosial dan kepedulian terhadap masyarakat seperti aksi donor darah dan bakti nilai-nilai Islam sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Dewan Dakwah Islamiyah IndonesiaMengadakan kegiatan dakwah berupa pengajian, taushiyah, dan kuliah umum untuk menyebarkan nilai-nilai kader-kader yang berkualitas dengan pengajaran agama yang kegiatan sosial seperti bakti sosial, bazar amal untuk membantu masyarakat kurang nilai-nilai Islam dengan menggunakan media seperti penerbitan buku dan Majelis Pendidikan dan Pemuda IndonesiaMembentuk kader-kader yang memiliki kualitas dan kemampuan dalam bidang pendidikan dan kegiatan pelatihan-pelatihan seperti pelatihan kepemimpinan dan pelatihan kegiatan sosial untuk membantu masyarakat seperti bakti sosial dan aksi donor nilai-nilai pendidikan dan kepemudaan melalui berbagai kegiatan seperti seminar dan antara HMI, DIPO, dan MPOMeskipun tiga organisasi ini memiliki beberapa kesamaan dalam kegiatan, namun terdapat beberapa perbedaan yang cukup signifikan antara HMI, DIPO, dan MPO. Perbedaan antara ketiga organisasi ini terlihat pada tabel di bawah iniHMIDIPOMPOFokusBidang pendidikan dan keislamanDakwah dan pengajaran agamaPendidikan dan kepemudaanAfiliasi politikIndependenPartai Persatuan Pembangunan PPPPartai DemokratSifatNon-profitNon-profitNon-profitDari tabel tersebut, diperoleh informasi bahwa fokus kegiatan dari tiga organisasi ini berbeda-beda yaitu pada bidang pendidikan dan keislaman, dakwah dan pengajaran agama, serta pendidikan dan kepemudaan. Selain itu, tiga organisasi ini memiliki afiliasi politik yang berbeda-beda. Meskipun begitu, ketiga organisasi ini memiliki sifat non-profit atau tidak mencari Organisasi HMI, DIPO, dan MPOHIMPUNAN MAHASISWA INDONESIA HMI merupakan organisasi mahasiswa tertua di Indonesia, didirikan pada tanggal 5 Februari 1947. Struktur organisasi HMI terdiri dari tiga bagian, yaitu Dewan Pimpinan Pusat DPP, Dewan Pimpinan Daerah DPD, dan Dewan Pimpinan Cabang DPC. Dalam struktur organisasi tersebut, terdapat DPP HMI yang bertugas sebagai pimpinan tertinggi dan membawahi seluruh DPD dan DPC di seluruh Dewan Perwakilan Pimpinan adalah lembaga yang berada di bawah DPP dan bertugas membantu DPP dalam menjalankan kegiatan dan program kerja HMI di tingkat nasional. DIPO terdiri dari perwakilan dari setiap DPD di seluruh Majelis Permusyawaratan Organisasi adalah lembaga tertinggi dalam HMI yang bertugas memperkuat dan mempertegas ideologi dan prinsip HMI. MPO terdiri dari perwakilan dari seluruh DPD di seluruh Indonesia dan bertanggung jawab atas penyusunan program kerja HMI dan pengambilan keputusan strategis mengenai dan MPO merupakan lembaga yang sangat penting dalam struktur organisasi HMI karena keduanya bertanggung jawab dalam mengarahkan dan membantu DPP dalam menjalankan kegiatan organisasi HMI, DIPO, dan MPO memiliki perbedaan dalam tugas dan wewenangnya, namun saling berkaitan dan memiliki tujuan yang sama, yaitu memperjuangkan kepentingan mahasiswa dan masyarakat OrganisasiTugas dan WewenangDPP HMIPimpinan tertinggiDPD HMIWilayah-wilayah di Indonesia yang membawahi DPCDPC HMICabang dari HMI di universitas atau perguruan tinggiDIPO HMIBertugas membantu DPP dalam menjalankan kegiatan HMIMPO HMIPengambilan keputusan strategis mengenai organisasi HMIJadi, perbedaan antara HMI, DIPO, dan MPO terletak pada tugas dan wewenang dalam struktur organisasi HMI, namun tetap memiliki tujuan yang sama yaitu memperjuangkan kepentingan mahasiswa dan masyarakat dan kerjasama antara HMI, DIPO, dan MPO dengan lembaga lainnyaBanyak yang bertanya, apa perbedaan antara HMI, DIPO, dan MPO? Secara umum, HMI Himpunan Mahasiswa Islam, DIPO Dewan Ittihadul Qur’an Pondok Modern dan MPO Majelis Persaudaraan Otonom adalah organisasi kemahasiswaan yang memiliki tujuan yang sama, yaitu berkontribusi dalam pengembangan kualitas kehidupan sosial masyarakat dan negara. Namun, perbedaan dari ketiga organisasi tersebut terletak pada metode kerja dan persoalan yang diangkat oleh setiap fokus pada pengembangan kepribadian yang berlandaskan prinsip Islam serta memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat dan berorientasi pada pengembangan keilmuan dan kecakapan dalam bidang Al-Qur’an dan hadis serta memberikan pencerahan agama kepada masyarakat lebih fokus pada pengembangan kecakapan serta pengalaman kepemimpinan untuk mempersiapkan para mahasiswa dalam menempuh karir di masa terdapat perbedaan dalam metode kerja dan isu yang diangkat, HMI, DIPO, dan MPO memiliki hubungan dan kerjasama yang erat dengan lembaga lainnya seperti pemerintah, organisasi kemahasiswaan lain, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga pendidikan. Hal ini dilakukan untuk menjalin sinergi dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam masyarakat dan organisasi mengambil peran yang berbeda dalam kerjasama dengan lembaga lain. HMI berperan aktif dalam pengembangan masyarakat dan kerjasama dalam pergerakan dakwah Islam. DIPO berperan dalam kerjasama dalam pendidikan keagamaan dan pengembangan kesenian tradisional. MPO, sebagai organisasi yang fokus pada pengembangan kepemimpinan, bekerjasama dengan lembaga lain seperti perusahaan untuk memberikan pengalaman kerja bagi kerjasama HMI, DIPO dan MPO dengan berbagai lembaga dapat berupa program-program yang memberikan manfaat bagi masyarakat dan mahasiswa. Sebagai contoh, kerjasama antara HMI dengan organisasi kemahasiswaan lain dapat menghasilkan program-program pengembangan kepribadian dan kualitas diri bagi mahasiswa. Kerjasama antara DIPO dan lembaga swadaya masyarakat dapat menghasilkan program-program bantuan sosial untuk masyarakat yang membutuhkan. Sementara, kerjasama MPO dengan perusahaan dapat menghasilkan program magang atau internship bagi mahasiswa untuk lebih mempersiapkan mereka dalam memasuki dunia kerja di masa dari Kerjasama dengan HMI, DIPO, dan MPOPemerintahPartisipasi dalam pembangunan negara dan pengembangan sosial dalam masyarakatOrganisasi Kemahasiswaan LainProgram-program pengembangan kepribadian, kualitas diri dan peningkatan kualitas Swadaya MasyarakatProgram-program bantuan sosial untuk masyarakat luasLembaga PendidikanPengembangan keilmuan dan kecakapan dalam bidang yang ditekuni masing-masing organisasiPerusahaanProgram magang atau internship untuk mahasiswa sebagai persiapan memasuki dunia kerja di masa depanHubungan dan kerjasama antara HMI, DIPO, dan MPO dengan lembaga lainnya adalah sangat penting dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh setiap organisasi. Kerjasama ini tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat, lembaga lain, dan mahasiswa, tetapi juga meningkatkan kemampuan dan pengalaman organisasi untuk menghadapi tantangan di masa Perbedaan HMI Dipo dan MPOItulah beberapa perbedaan yang bisa kita simak antara HMI Dipo dan MPO. Mengenal perbedaan ini bisa membantu kita lebih memahami masing-masing organisasi dan juga memilih untuk bergabung dengan salah satu organisasi tersebut. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kalian semua, terima kasih sudah membaca dan jangan lupa untuk mengunjungi website kami lain waktu untuk artikel menarik lainnya!
Islamdicurigai. Organisasi-organisasi keislaman seperti HMI menghadapi ancaman bubar oleh Orba ketika dipaksa menerima asas tunggal Pancasila pada melalui UU No.8 Tahun 1985. yang berakhir pada terbelahnya HMI menjadi dua: DIPO dan MPO. Kekuasaan yang bertumpu pada satu keluarga presiden dan partainya memang menciptakan stabilitas politik.
Views 7,239 Gerakan sejumlah kader HMI-MPO di Universitas Negeri Makassar UNM untuk melakukan pembaharuan dan penyegaran di tubuh HMI-MPO dalam lingkup UNM, harus dilihat sebagai sikap kritis atau koreksi atas fenomena yang terjadi di HMI-MPO dewasa ini, baik di level Cabang Makassar maupun di tingkat nasional. Gerakan itu berangkat dari kenyataan memilukan bahwa eksistensi HMI-MPO di UNM benar-benar telah sampai di titik nadir. Gerakan ini juga dilandasi oleh perlunya HMI-MPO di UNM diproteksi dari paparan konservatisme agama dan pragmatisme-politis yang belakangan begitu kuat melanda HMI-MPO. Bagi gerakan HMI-MPO di Cabang Makassar, UNM sendiri merupakan kampus yang memiliki persentuhan historis dan ideologis yang demikian kuat dengan HMI-MPO sejak dari dulu. Setidaknya ada tiga alasan kenapa HMI-MPO di UNM perlu dirawat dengan baik. Pertama, UNM dulu bernama IKIP Ujung Pandang merupakan kampus legendaris bagi eksistensi dan perjuangan HMI-MPO di Makassar di era Orde Baru dan awal Reformasi. Pasca HMI-MPO mendeklarasikan diri di Makassar sekitar tahun 1990, seluruh komisariat di lingkungan UNM langsung bergabung dengan HMI-MPO. Adalah Sulhan Yusuf yang menjabat Ketua Umum HMI Korkom IKIP Ujung Pandang ketika itu, yang juga merupakan deklarator HMI-MPO di Makassar. HMI Korkom IKIP UP dan komisariat-komisariatnya yang semula netral atas dualisme HMI di tingkat pusat, langsung beralih menjadi HMI-MPO usai deklarasi HMI-MPO Makassar. Tak ada satu pun kampus di Makassar yang melakukan hal yang sama. Sebagian besar komisariat dan Korkom yang terbentuk kemudian, dibangun nyaris dari nol bahkan dari nol sama sekali. Perpindahan revolusioner yang dilakukan HMI Korkom IKIP UP beserta komisariat-komisariatnya itu merupakan sumbangan terbesar HMI IKIP/UNM terhadap eksistensi HMI-MPO Cabang Makassar hingga hari ini. Kedua, UNM menjadi satu-satunya kampus besar di Makassar di mana kader-kader HMI-MPO berpengaruh sangat kuat baik secara kultural maupun struktural di lembaga-lembaga intra-kampus UNM, dari level jurusan, fakultas, hingga universitas—kendati dalam 10 tahun terakhir hal itu kian melemah. Jabatan-jabatan struktural kemahasiswaan di IKIP/UNM seperti Senat Mahasiswa, BPM, maupun BEM/MAPERWA di semua level, banyak diduduki oleh kader-kader HMI-MPO, utamanya di penghujung Orde Baru dan awal Reformasi. Tradisi yang kuat dan panjang akan pengaruh atas lembaga-lembaga intra-kampus itu oleh anak-anak HMI-MPO hanya berlangsung di IKIP/UNM, dan nyaris tak ditemukan di kampus-kampus besar lainnya di Makassar. Sikap kritis yang tumbuh di lingkungan HMI-MPO terhadap Orde Baru lantas ditularkan oleh anak-anak HMI-MPO itu ke lembaga-lembaga intra-kampus IKIP/UNM, yang menyebabkan kampus IKIP UP menjadi salah satu pelopor utama di awal-awal gerakan Reformasi 1998 di Makassar. Ketiga, UNM dapat disebut sebagai benteng terakhir bagi Islam yang berwatak pluralis dan inklusif di tubuh HMI-MPO Cabang Makassar. Di UNM, anak-anak HMI-MPO berhasil mendirikan tahun 1994 dan mengawal sebuah lembaga dakwah kampus LDK tingkat universitas, bernama UKM LKIMB UNM, yang merupakan satu-satunya LDK di Makassar, bahkan mungkin di Indonesia yang mengusung Islam pluralis dan inklusif. Di tengah eksisnya LDK-LDK di PTN-PTN se-Indonesia yang beraliran salafi, Ikhwanul Muslimin, maupun Hizbut Tahrir, UKM LKIMB adalah LDK yang berdiri tegak sendirian mengusung “Islam Keindonesiaan” yang dasar pemikirannya salah satunya berpijak pada pemikiran Nurcholish Madjid seorang raksasa pemikiran Islam di Indonesia yang merupakan mantan Ketua Umum PB HMI. UKM LKIMB pula tampaknya satu-satunya LDK dari PTN besar se-Indonesia yang berada di bawah pengaruh HMI-MPO hingga hari ini. Wabah di Tubuh HMI-MPO Anak-anak HMI-MPO di UNM utamanya beberapa alumninya, tentu tidak memiliki cara pandang yang tunggal dalam melihat fenomena yang berkembang di HMI-MPO Cabang Makassar maupun PB HMI. Sebagian dari mereka tak mempersoalkan fenomena yang ada, bahkan memberikan dukungan atas itu. Namun demikian, saya dan beberapa kawan yang masih terus tersambung hingga saat ini dengan anak-anak HMI-MPO yang aktif di lembaga-lembaga intra-kampus UNM, memandang bahwa apa yang terjadi di tubuh HMI-MPO dewasa ini perlu dikoreksi. Bagi kami, setidaknya ada empat penyakit yang demikian mewabah di tubuh HMI-MPO, baik di Cabang Makassar maupun di PB, yaitu Pertama, konservatisme agama. Di HMI-MPO Cabang Makassar khususnya, pengaruh konservatisme agama mulai menguat kembali dalam tahun-tahun terakhir, dibawa oleh sejumlah alumni HMI-MPO yang berideologi “islamis”—yaitu mereka yang memperjuangkan formalisasi syariat Islam di Indonesia baca Negara Islam atau Negara Syariat dan di dunia baca khilafah islamiyah. Kelompok ini mengusung Islam yang eksklusif, intoleran, sektarian, serta memusuhi kemajuan dan kebebasan berpikir. Selain bermaksud menanamkan watak pemikiran keislamannya di HMI-MPO, tujuan mereka yang lain adalah menyingkirkan anggota dan alumni HMI-MPO yang tidak sejalan dengan mereka yang mereka labeli secara sewenang-wenang sebagai “syiah”, “liberal”, dan “komunis”. Belakangan, mereka berupaya dan berhasil mengangkangi latihan-latihan kader, utamanya Basic Training HMI-MPO, dengan turun tangan mengatur siapa yang boleh dan siapa yang tidak boleh membawakan materi di Basic Training. Akhirnya merekalah yang banyak mengisi materi-materi latihan-latihan kader itu. Celakanya, mereka membawakan materi dengan tidak berpedoman pada Khittah Perjuangan HMI, melainkan semata-mata menyampaikan sikap-sikap atau pemikiran keagamaannya sendiri yang konservatif tadi. Materi yang mereka sampaikan pun bersifat indoktrinatif, narasinya sempit dan kerdil, serta miskin diskursus intelektual lantaran mereka memang rata-rata bukan pembaca buku yang rakus. Kedua, infiltrasi ormas kepemudaan tertentu. Di HMI-MPO Cabang Makassar, tahun-tahun terakhir ini, sejumlah pegiat ormas kepemudaan tertentu berupaya mencengkramkan pengaruhnya. Mereka secara pelan membajak satu per satu anggota HMI-MPO untuk dijadikan anggota ormasnya. Mereka menjadikan HMI-MPO sebagai ladang untuk merekrut anggota ormasnya. Yang mereka rekrut adalah anggota aktif HMI yang menjadi tulang punggung perkaderan dan kelembagaan HMI Cabang Makassar. Akibatnya apa? Anggota HMI-MPO yang direkrut itu akhirnya tersita pula waktunya untuk mengurus ormas tersebut, di samping bahwa watak pemikiran dari ormas ini juga menguasai alam pikiran pengurus HMI-MPO. Sungguh celaka dua belas lantaran ormas kepemudaan ini sangat berbeda ideologinya dengan corak pemikiran Khittah Perjuangan serta identitas dan independensi HMI-MPO, sebab mereka cenderung pragmatis-politis, sektarian, dan mengusung politik identitas dalam gerakannya. Ketiga, politik partisan dan infiltrasi ormas alumni HMI-MPO. Politik partisan di lingkungan HMI-MPO kultural maupun “stuktural” terlihat dengan jelas pada Pilgub DKI Jakarta 2017. Memang tak ada sikap resmi organisasi HMI-MPO PB hingga Komisariat untuk mendukung Anies Baswedan di Pilgub itu, namun jamaah HMI-MPO bisa dikatakan secara mayoritas merupakan pendukung fanatik Anies. Sebagian mendukung Anies karena Anies merupakan alumni “asli” HMI-MPO, sebagian yang lain karena faktor politik identitas atau karena faktor kedua-duanya. Alumni HMI-MPO utamanya yang berdomisili di Jakarta dan juga anggota aktif HMI-MPO terjun langsung di lapangan melalui apa yang diistilahkan sebagai “Gerakan Turun Tangan” untuk memenangkan Anies, dan berhasil. Di masa Pilgub itu pulalah konservatisme agama dan narasi politik identitas disuarakan secara lantang dan serius oleh sejumlah anggota aktif dan alumni HMI-MPO seperti yang banyak jejaknya di media sosial. Sikap partisan di lingkungan HMI-MPO secara luas, yang tidak lain adalah mengusung dan mendorong Anies Baswedan menempati posisi-posisi penting pemerintahan baca menteri, gubernur, presiden, mulai menguat sejak sekumpulan alumni mendirikan ormas Barisan Nusantara BN. Ormas ini boleh dikata “Anies-minded” atau “Anies-sentris”, padahal Anies sendiri bukanlah orang yang berkeringat apalagi berdarah-darah di HMI-MPO dari level paling bawah hingga pusat. Tak ada rekam jejak Anies yang meyakinkan di HMI-MPO secara kultural maupun struktural utamanya sejak ia masih berstatus anggota aktif HMI-MPO. Ormas BN sendiri mendefinisikan dirinya sebagai “perkumpulan orang yang berupaya memelihara kewarasan kelas menengah dan asa atas masa depan negeri”. Dari definisi itu saja tampak bahwa ormas ini merupakan gerakan elitis. Soal kata “kewarasan kelas menengah” ini akan saya bahas di artikel tersendiri kalau ada waktu karena agak mengusik nalar-diskursif saya. Dan upaya ormas ini mengusung Anies lebih cenderung dilatari oleh faktor pertemanan konco, kroni, bukan karena Anies punya gagasan besar yang benar-benar cemerlang. Karena Anies cukup menjual untuk didorong, maka didoronglah. Jadi, benar-benar pragmatis! Ibaratnya, Anies itu jarumnya dan BN itu adalah benangnya; ke mana Anies pergi, ke situ pula BN mengikutinya. Anies ikut Konvensi Partai Demokrat, ya BN ikut ke situ pula; Anies dukung Jokowi-JK, ya BN pro-Jokowi-JK; Anies direshuffle Jokowi, ya BN “bersikap kritis terhadap Jokowi” kata tokoh BN; Anies memanfaatkan politik identitas, ya BN menutup mata saja; dan seterusnya. Sikap-sikap politik BN itu cukup mengontaminasi HMI-MPO, terutama karena tokoh-tokoh BN adalah patron di lingkungan Cabang dan PB; mereka aktor-aktor heroik yang cukup diidolakan oleh anak-anak HMI-MPO utamanya di masa silam termasuk oleh saya juga. Hal ini diperparah oleh sikap pengurus HMI-MPO yang sulit menjaga jarak dengan tokoh-tokoh BN itu disebabkan oleh faktor kedekatan personal, hubungan senior-junior, pembangunan networking, dan sumber finansial bagi HMI. Keempat, politik praktis. Pada Kongres HMI-MPO periode-periode belakangan ini, aroma politik transaksional kian menyengat hidung. Isu-isu mengenai politik uang money politics sangat marak diungkap oleh sejumlah peserta Kongres, kendati sangat sulit dibuktikan sebab tak ada dari peserta Kongres itu yang berani bersaksi secara jujur dan terbuka. Bentuk politik uang itu utamanya berupa janji pemberian tiket pulang ke daerah masing-masing bagi delegasi Kongres. Para kandidat yang suaranya kuat di Kongres itu, umumnya bekerja jauh-jauh hari sebelum Kongres dimulai. Pencalonan mereka dilakukan secara sistematis bak politisi profesional, mulai dari menggalang dana kampanye, mendekati dan melobi alumni-alumni berpengaruh di cabang-cabang, minta restu ke alumni-alumni yang cukup populer, hingga membentuk tim sukses yang beroperasi secara teknis di lapangan. Di antara kandidat yang bertarung di Kongres itu memang punya pengalaman bekerja sebagai tim sukses di pilkada ataupun pemilu, bahkan ada di antaranya yang jelas-jelas merupakan anggota partai politik. Saya sendiri memperoleh informasi yang tampaknya cukup meyakinkan tentang salah seorang kandidat Ketum PB yang menemui seorang tokoh daerah untuk menggalang dana pencalonannya sebagai Ketum PB, dan oleh tokoh daerah tersebut ia diberi sejumlah uang yang nominalnya cukup besar. Dan patut diduga kuat bahwa sang kandidat Ketum PB tersebut menemui lebih dari satu tokoh yang bisa memberinya donasi untuk biaya kampanyenya di Kongres. Itulah yang membuat saya cukup mempercayai isu seputar politik uang di Kongres HMI-MPO meskipun tak bisa saya buktikan. Di masa lalu, sesungguhnya para politisi semacam ini memang ada di HMI-MPO, tapi jumlahnya kecil dan pengaruhnya juga kurang signifikan, utamanya karena model kayak begini dimusuhi oleh anak-anak HMI-MPO. Kenapa? Karena standar moralitas anak-anak HMI-MPO di zaman lalu memang sangat tinggi. Tapi entah kenapa belakangan justru mereka mendapat panggung, diusung, bahkan dipilih di dalam Kongres. Cabang-cabang HMI-MPO pun kelihatannya tak mempersoalkan lahirnya fenomena baru semacam ini, entah karena mereka lugu, pandir, ataukah karena memang ikut menikmatinya. Suksesi di Kongres ke-32 Kongres HMI-MPO ke-32 di Kendari beberapa waktu lalu memberikan gambaran betapa HMI-MPO kian meninggalkan watak aslinya yang ideologis-intelektualis sebagaimana tertuang dalam dokumen Khittah Perjuangan serta tafsir asas, tujuan, usaha, dan independensi HMI, menjadi berhaluan pragmatis-politis. Dua orang kandidat yang bertarung tercatat pernah terlibat politik praktis, baik sebagai anggota parpol maupun sebagai ketua tim sukses sayap pemuda untuk kandidat gubernur di pilkada, yang dikuatkan oleh bukti-bukti berupa foto dan jejak digital di dunia maya. Anehnya, hal itu dimaklumi dan diterima belaka oleh cabang-cabang HMI-MPO tanpa sikap kritis yang memadai. Siapa pun dari tiga kandidat yang maju itu, kemudian terpilih, ya sebenarnya sama saja, tidak ada yang lebih baik dari yang lain. Dan benar saja, Ketua Umum PB yang terpilih adalah sosok yang secara integritas sangat dipertanyakan, dan secara perkaderan dan perjuangan di HMI-MPO boleh disebut nol besar. Affandi Ismail, Ketum PB yang terpilih itu, merupakan junior saya di UNM—juga di IPMIL sebuah organ mahasiswa daerah—tapi dia masuk UNM di tahun ketika saya sudah tamat. Saya kenal dengan dia, tapi kenal begitu saja, bukan kenal secara akrab. Saya justru tidak tahu kalau dia anak HMI-MPO, setahu saya malah dia anak HMI-Dipo dan banyak bergaul dengan anak-anak HMI-Dipo. Saya baru tahu dia anak HMI-MPO ketika secara tiba-tiba ia dimasukkan dalam kepengurusan PB HMI-MPO. Di panflet kampanyenya yang tersebar di medsos, tertulis bahwa ia LK I di Cabang Makassar 2011, LK II di Cabang Palu 2013, LK III di Cabang Yogyakarta 2016, dan SC di Cabang Jakarta 2017. Di UNM dia kuliah di jurusan Teknologi Pendidikan angkatan 2005. Dalam 2-3 hari ini saya menggali informasi dengan menghubungi beberapa orang yang cukup mengenal dia selama dia kuliah di UNM. Dari informasi-informasi itu saya secara subjektif menyimpulkan bahwa dia merupakan sosok yang cukup kontroversial dalam aspek integritas sejak dia masih kuliah. Boleh dikata, dia adalah seorang “pemain”. Dia juga rupanya petualang organisasi kemahasiswaan. Cukup banyak organisasi kemahasiswaan ekstra-kampus yang dia masuki, HMI-MPO hanya salah satunya. Sebelum masuk HMI-MPO, ia terlibat lama di sebuah organisasi berhaluan Marxis yaitu Pembebasan—meski namanya mirip, organ ini beda dengan Gema Pembebasan yang berhaluan Hizbut Tahrir. Kalau dia masuk HMI-MPO tahun 2011, maka secara hitung-hitungan sederhana ia baru menjadi anggota formal HMI-MPO di tahun keenam ia kuliah, ya sekitar semester 12, dan setahun kemudian ia tamat dari kampus. Dengan demikian, praktis ia tidak berkarier secara berkeringat di komisariatnya. Apalagi Komisariat FIP UNM di tahun-tahun itu memang kurang bergairah. Sepanjang pengetahuan saya, dia juga tidak pernah aktif di kepengurusan cabang apalagi Badko. Ketika ia terpilih di Kongres, tidak sedikit warga HMI-MPO Cabang Makassar yang bertanya-tanya tentang dia. Hal itu wajar belaka lantaran ia memang tidak dikenal, asing sama sekali di lingkaran inti warga HMI-MPO Makassar. Oleh karena rekam jejaknya di kepengurusan HMI-MPO yang bisa disebut nihil itulah sehingga di panflet kampanyenya untuk pencalonan Ketum PB ia hanya menampilkan riwayat pendidikan di HMI beserta gelar akademiknya yang cukup panjang—seolah-olah deretan gelar akademiknya itu menduduki tempat istimewa dalam tradisi HMI-MPO tanpa mencantumkan riwayat organisasinya di HMI. Affandi pertama kali masuk struktur PB HMI-MPO di era PB HMI dipimpin oleh Fauzi. Kehadiran Affandi di kepengurusan PB itu cukup membantu Fauzi dalam menjalankan PB HMI, utamanya karena Affandi konon cukup berjasa dalam mendatangkan donasi untuk kepengurusan. “Keringat” Affandi untuk HMI-MPO secara struktural tampaknya dalam hal membantu Fauzi untuk urusan donasi tersebut. Fauzi sendiri sepertinya punya semacam “utang budi” kepada Affandi karena hal demikian. “Keringat” dan “darah” Affandi untuk perkaderan dan kelembagaan HMI-MPO kalau mau dihitung-hitung ya tidak signifikan. Dia tidak pernah memimpin komisariat, korkom, cabang, badko, dan lembaga kekaryaan HMI, setidaknya sebagai presidium di struktur itu. Jadi staf bidang pun kayaknya tidak pernah. Dia sama sekali tidak pernah banting tulang untuk mendampingi kader-kader baru, membina komisariat dan korkom, mengurus cabang, membina atau membuka cabang-cabang baru, dan seterusnya. Karier kepemanduannya pun di latihan-latihan kader HMI-MPO bisa dikatakan nol besar. Dia baru ikut Senior Course tahun 2017, di mana setahun kemudian ia sudah ikut bertarung sebagai caketum PB HMI-MPO di Kongres ke-31 di Sorong. Lantas, hanya berselang tiga tahun saja ia menyandang predikat sebagai lepasan SC, ia sudah terpilih menjadi Ketua Umum PB HMI. Wah, luar biasa! Pertanyaannya sudah berapa LK-LK yang dia pandu, baik sebagai pemandu magang, pemandu biasa, maupun koordinator pemandu?; sudah berapa LK I dan LK II di mana ia bertindak sebagai pemateri, utamanya materi Khittah Perjuangan? Parahnya lagi, kelulusan SC-nya pun belakangan dipersoalkan oleh HMI Cabang Jakarta, tempatnya mengikuti SC, lantaran konon ia tidak memenuhi syarat jumlah training HMI yang mestinya dipandu. Dari situ kita bisa lihat bahwa Affandi tidak memiliki pengalaman apa-apa soal kepemanduan di HMI-MPO. Padahal, rekam jejak kepemanduan dalam diri seorang kaderlah yang akan menunjukkan sejauhmana tingkat kematangannya dalam ber-HMI-MPO. Salah satu identitas HMI adalah sebagai “organisasi perkaderan”. Dan salah satu bentuk perkaderan di HMI-MPO adalah latihan-latihan kader. Karier kepengaderan Affandi yang sangat prematur itu membuat saya berkesimpulan bahwa ia mungkin saja sudah membaca Khittah Perjuangan serta dokumen tafsir asas, tujuan, usaha, dan independensi HMI-MPO, tapi saya yakin ia tak menjiwainya sama sekali. Kenapa? Jika saja ia menjiwainya secara penuh maka, menyadari rekam jejak kekaderan dan kejuangannya di HMI-MPO yang seperti itu, semestinya ia akan tahu diri untuk tidak mencalonkan diri baik di Kongres ke-31 maupun Kongres ke-32. Sayangnya, ia kurang peka barangkali juga bebal? terhadap rasa tahu diri itu. Lolosnya tiga kandidat bermasalah Ketum PB di Kongres ke-32 adalah sebuah kecolongan bagi HMI-MPO, dan terpilihnya Affandi sebagai Ketum PB HMI-MPO adalah sebuah kekonyolan. Karena faktor keluguan atau mungkin juga kepandiran? dari delegasi-delegasi cabang yang hadir di Kongreslah yang menyebabkan hal itu terjadi. Cabang-cabang kita kurang/tidak memiliki kepekaan keintelijenan yang memadai untuk mengendus keberadaan para penyusup alias “orang asing” yang bergerak menumpang dan memengaruhi jalannya Kongres. Di lain sisi, standar moral yang digunakan oleh cabang-cabang untuk menilai tiap-tiap kandidat begitu rendah, untuk tidak menyebutnya diobral murah, sehingga kandidat-kandidat yang sesungguhnya moralitasnya berada di bawah standar menurut ukuran standar lama HMI-MPO yang sakral itu, akhirnya bisa lolos seleksi. *** Ada yang bertanya pada saya “Karena tampaknya HMI-MPO mulai tercemar dan tersusupi, lantas apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan HMI-MPO yang dulunya merupakan majelis penyelamat dan bagaimana memulainya?” Ah, saya bingung dan gamang menjawab soal itu. Perasaan saya sendiri campur aduk antara marah, muak, kecewa, prihatin, dan malu. Duh! Kawan, angkat gelasmu dan bersedihlah bersama-sama!
Secarakonstitusi HMI, MPO itu tidak di atur dalam Anggaran Dasar. Secara dua hukum ini, bagi HMI DIPO, alumni, saya termasuk, memang secara de yure dianggap HMI MPO itu tidak ada. Memang secara de facto ada, tapi secara hukum tidak ada. Karena bagaimanapun, kita khan negara hukum, harus dijunjung tinggi.
  1. Лоςеβωጇ θρимушሕфиц
  2. Рсጆрсапр θрсէքиφէճ
Kisruhdualisme NDP dalam Tubuh HmI (2) Perdebatan dalam tubuh HmI terkait dengan penggunaan dua versi NDP (NDP lama versi kongres malang tahun 1969 dan NDP beru versi kongres Makassar tahun 2006) dalam pengkaderan hari ini semakin alot dan pelik. Jika tidak diselesaikan secepatnya, maka permasalahan ini akan menjadi semakin besar bahkan bukan z270b.
  • ph55rb4mzd.pages.dev/177
  • ph55rb4mzd.pages.dev/344
  • ph55rb4mzd.pages.dev/131
  • ph55rb4mzd.pages.dev/153
  • ph55rb4mzd.pages.dev/588
  • ph55rb4mzd.pages.dev/12
  • ph55rb4mzd.pages.dev/586
  • ph55rb4mzd.pages.dev/505
  • apa itu hmi dipo dan mpo